Halaman

Kamis, 29 September 2011

Apa itu Dynamic Range ?
Dynamic Range dalam fotografi adalah rentang perbedaan gelap dan terang dari sebuah scene. Kamera ternyata mempunyai batas kemampuan menangkap rentang perbedaan tersebut . Kamera Canon EOS 1-D Mark III memiliki dynamic range sekitar 11 stop (link).  Rentang 11 stop itulah yang tertangkap dengan baik detilnya di sensor kamera , di luar itu detilnya akan gelap/black atau washout. Nah , padahal di dunia nyata .. scene yang akan kita foto amat sering memiliki rentang stop lebih dari 11 stop. Misal nih : foto di siang hari kenapa langitnya putih , atau kenapa ketika langitnya biru/detil tapi orang yang difoto jadi gelap ? itu tanda dari efek dynamic range .
Kekurangan itu ada tip / trik untuk mengatasinya . Diantaranya adalah trik High Dynamic Range (HDR) yang sedang populer , penggunaan Gradual ND Filter (seperti foto saya ini) , Multi Exposure . Lain kali lah kita coba diskusi , pokoknya cara kerja dynamic range seperti diatas.
Dynamic Range
Dynamic Range

Teknik Foto Siluet
Kembali ke teknik memotret siluet , apa hubungannya dengan dynamic range ? Kekurangan kamera karena efek dynamic range ternyata justru menjadi keunggulan karena kita bisa memotret siluet. Main logika saja , kalau kita memotret scene yang memiliki rentang gelap dan terang yang lebar ( misal sunset , sunrise )  , karena efek dynamic range maka beberapa bagian dari foto akan tampak gelap/hitam. Nah itulah siluet yang kita cari.
Setting kamera yang digunakan sebenarnya tidak terlalu pakem. Pake F aperture berapa , shutter speed berapa , ISO berapa .. itu mah terserah sampeyan . Yang penting nih .. metering pada bagian yang terang. Lihat foto dibawah , saya posisikan metering di sekitaran matahari , kalau ditengah matahari pasti yg lainnya jd gelap belaka saking kuatnya intensitas cahaya  .
beach kids
beach kids
Pada foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap bisa digunakan. Malah menurut saya lebih praktis menggunakan metering tersebut ( Average dan Matrix ) . Peluang berhasilnya tinggi , kalau exposurenya kurang pas tingga di compensate 1-2 stop.
Kebalikan dari konsep siluet mgkn adalah backlighting . Tinggal dibalik saja sebenarnya , cari background yang gelap kontras terhadap obyek yang akan kita foto. Saya pernah bahas di Backlight
Tip memotret Siluet
  • Latihlah mata kita untuk bisa melihat scene . Lihat perbedaan terang dan gelap , dari sana kita bisa tentukan apakah bisa memotret sebuah siluet atau tidak. Memang , cara mudah mencari siluet adalah ketika sunrise atau sunset , posisi matahari yang rendah mempermudah terciptanya sebuah siluet. Tapi sebenarnya tidak harus dengan matahari , cukup dengan sumber cahaya yang terangpun sudah bisa . Ingat , asal rentangnya lebar .. pasti bisa siluet
Siluet Daun
Siluet Daun
  • Upayakan agar obyek yang akan menjadi siluet tidak tumpang tindih. Kalau tumpang tindih nanti pemirsa fotonya jadi bingung. Ini sebenarnya obyek apa sih ? jadi mirip kartu test yg biasa diberikan psikolog :p
  • Do some kicking !! hehe maksudnya action dikit lah . Karena kita metering di bagian cahaya yang sangat terang otomatis shutter speed menjadi tinggi , cukup cepat untuk menangkap action kita seperti lompat , terjun , kungfu kick ?
  • Bagaimana agar foto orang tetap muncul detilnya ? triknya , gunakan flash . Tidak ada cara lain. Tetap metering pada bagian yang terang , nyalakan flash , dan jepret .

Belajar Strobist


Strobist .. adalah teknik menggunakan flash/blitz secara off-kamera. Off – kamera ?? iya .. pada umumnya kan flash camera tersebut nancep di hot-shoe pada kamera . Nah off-kamera ini memungkinkan flash dapat ditrigger dimanapun tanpa harus terpasang di hot-shoe. Keuntungannya kita bisa memposisikan satu atau lebih flash di mana saja untuk mengatur arah, intensitas, cahaya untuk menghasilkan foto yg kita inginkan.

Kok bisa off-kamera ? sebenarnya pada beberapa kamera DSLR sudah tertanam fungsi tersebut ( master / commander  ) .. untuk kamera jebot kayak punya saya-pun sebenarnya bisa dengan asesoris tambahan . Well , semua kamera kayaknya bisa ya.. asal ada mekanisme untuk mentrigger flash .
  • di Nikon ada yang namanya Nikon CLS ( Creative Lighting System ) .. di Canon namanya E-TTL . Nikon CLS menggunakan IR ( infrared ) untuk berkomunikasi dengan flash – flash lain . Jadi harus line-of-sight dengan kamera lain meski kyknya bisa juga mentrigger flash lain di balik tembok ( link ) . Keuntungannya adalah canggih ! Body camera bisa berkomunikasi dengan flash-flash yang ada , mengatur power yang ada , mengatur white balance dsb dsb .. kita tinggal setting seperti biasa dan wah :) . Kerugiannya : harus line-of-sight dan mahal bo !
  • menggunakan Sync cable .. body kamera dan flash dihubungkan via kabel khusus. kerugiannya : beribet , banyak kabel2 bertebaran :) . Keuntungan: fungsi TTL masih jalan
  • menggunakan Radio trigger . Flash ditrigger dari kamera menggunakan frekuensi radio . Ada adapter khusus untuk mekanisme ini : transmitter dan receiver. Sesuai namanya pasti teman-teman tau artinya lah. Transmitter terpasang di body kamera . Jika flash di trigger , transmitter mengirimkan sinyal ke satu / beberapa receiver + flash . Keuntungan : tidak harus line-of-sight .. ini keunggulan utama yg banyak menarik minat orang. Kerugian : fungsi TTL (flash auto ) tidak jalan , harus manual . Dooh manual lagi ?? jaman udah canggih masih manual..hehehehe , yup manual . Hmm sebenarnya sudah ada sih , radio trigger yang bisa TTL . Silahkan google mandiri :)

Tutelyudetrut .. sebenarnya saya ga terlalu minat dengan dunia per-flash-an ini. Kayaknya ribet , ada tambahan control yang harus disetting bla bla..belum lagi penempatan posisi flash ini itu .. plus kayaknya mahal-mahal. Dan sedikit tambahan ego seorang fotografer naif dan culun : ” ah saya kan nature photographer .. cukup nature lighting saja” hahahaha .. well , ternyata ada secuil bakat kreatif terpendam dalam diri saya yg ingin keluar . The creative side of me..
Sampai akhirnya saya melihat DVD One Light workshop-nya Zack Arias .. saya mulai tertarik. Ternyata mudah , teori dan prinsip2-nya gampang diingat . Tidak jauh berbeda dengan konsep exposure pada umumnya dengan beberapa catatan seperti :
  • shutter speed mempengaruhi ambien exposure ( background )
  • inverse square law.. aga ribet nih diterangin tapi intinya exposure yang keluar dari flash akan berkurang secara bertahap dengan rumus inverse square law tersebut
  • ada tambahan lighting yaitu dari flash .. kita bisa control output-nya ( jika mode manual )
  • aperture dan ISO tetap fungsinya untuk mengatur cahaya yang masuk
Dan.. akhirnya setelah mendapat restu Istri tercintakuh dan setelah merelakan tidak jadi beli iPhone hehe , akhirnya terbeli juga beberapa perangkat strobist pemula. Oh ya.. saya memilih cara no 3 ( radio trigger ).  Lebih simple dan powerful karena tidak harus line-of-sight . Lagipula , sudah banyak asesoris yang 3rd party dan murah meriah . Tapi kan manual ?? ya .. trus ? hehehe .. saya juga mau ngetest ilmu manual-exposure nih . Sebenarnya ga ribet-ribet amat sih , asal konsep exposure sudah paham . Lagipula dengan mode Manual , foto yang dihasilkan tetap bisa konsisten dengan level exposure yang sama utk setiap foto. Ga harus tweak lagi di PS utk brightness controlnya kan? hehehe
  • Nikon SB24 , saya beli bekas nih mumpung ada yg jual dengan harga murah ( 950rb ) .. salah satu enaknya dengan radio trigger adalah kita tidak harus beli flash yang baru dan modern. Yang penting adalah bisa manual..lha wong yg dipake cuma manual power-nya kok :) . Nikon ?? karena satu kerabat :p .. ga ding , karena voltage-nya tergolong aman untuk di trigger dan ada PC socket .
    Btw.. saya masih cari flash lagi nih . Yg merasa ingin jual flash-nya dengan harga reformasi , post your offer in comment box below :) . Lho kok banyak? iya , sepertinya satu sumber lighting belum cukup euy .. minimal 2 , syukur2 dapat tiga :)
  • Radio trigger dari China .. murah meriah . 400-an saya sudah dapat 1 transmitter dan 2 receiver . Dapat dibeli di bursa FN mumpung masih ada . Penjualnya baik dan terpecaya.
    Kalau pny dana lebih , mending beli Pocket Wizard . Ini udah handal banget dan reliable. Saya mah masih dalam tahap belajar.. jadi yg ecek ecek dulu aja lah
  • Stuff .. ahhh iya .. asesoris tambahan seperti light stand , spigot , softbox , dll . Banyak juga sih.. itung-itung bisa kebeli iPhone juga nih :p
    But the good thing is .. komunitas strobist adalah komunitas kreatip . Semua asesoris tersebut bisa dirakit sendiri dari bahan-bahan rumahan yang ada . Misal softbox .. kayaknya pakai tutup tudung makanan juga bisa tuh :p atau cara lain ( Google )
Ok.. bosen teori ah. Praktek aja yuk .
hungry girl
hungry girl
http://tukangmoto.wordpress.com
Nikon SB24 saya letakkan menghadap ke dinding kulkas . Panggil anak saya “ra , ada es-krim di kulkas” .. dia buka pintu dan jepret . Mayan buat pemula lah (subyektif ) . Masih perlu banyak perbaikan sih .. misal lighting tambahan utk menunjukkan detil pintu / body kulkas hmm . Coba amati , background sekitarnya adalah hitam gelap. Padahal saya ambil foto nya pada kondisi lampu menyala lho .. kok bisa ?? kuncinya adalah saya menggunakan shutter speed yang tinggi yaitu 1/250s . Ingat poin yg saya sebutkan tadi .. shutter speed mengatur ambien exposure . Dan 1/250s sudah cukup untuk membuat ambien sekitar menjadi gelap. Satu2nya sumber cahaya yg ada ya dari flash tersebut ..  setting2 lain lupa ah.. ga penting kali :)

By:

Teknik Bouncing Flash


Teknik lain dalam penggunaan flash. Saya mulai sering menggunakannya utk memotret dalam ruangan. Caranya adalah mengarahkan flash ke langit-langit rumah. Cahaya akan memantul ke bawah , seolah-olah menjadi sumber cahaya baru yg powernya lebih besar daripada cahaya lampu rumah . Ya ! meski sekilas .. dengan power dari flash kita akan mendapatkan cahaya yg cukup utk mengexpose obyek. Artinya : shutter speed bisa lebih tinggi , aperture bisa lebih kecil dan ISO kecil.
Sebelumnya utk memotret dalam ruangan (indoor) , saya mengandalkan lensa dengan bukaan besar (50 mm F1.4) dan setting ISO tinggi ( 800 atau 1600 ). Hasilnya bisa lumayan sih , cuman tidak optimal karena saya tidak bisa menggunakan aperture favorit saya ( F4 ) utk ketajaman hasil . Dan penggunaan ISO tinggi , selain menimbulkan noise yg menganggu juga sering berdampak pada saturasi/kontras dari foto.
Nela
F2.0 , 1/30s , ISO 1600 , tanpa bouncing
Tentang perlengkapan yg dibutuhkan silahkan baca posting saya ttg Belajar Strobist. Saya pribadi lebih senang menggunakan metoda strobist utk urusan bouncing ini. Flash + trigger bisa ditaruh di mana saja : di atas meja , di atas lightstand. Saya tinggal nongkrong nunggu momen yg tepat lalu jepret. Oh ya , krn ini strobist saya menggunakan metoda manual. Ga sulit kok .. klo sudah paham ilmu exposure , sedikit trial error .. bouncing jd gampang. Ok berikut ini bbrp hasil foto saya menggunakan teknis bouncing flash. Coba bandingkan dengan metoda tanpa flash diatas .. image asli tanpa modif berarti dari photoshop
Flash disetting menghadap langit2 , bisa diletakkan dimana saja dalam ruangan. Sangat flexibel
Flash disetting menghadap langit2 , bisa diletakkan dimana saja dalam ruangan. Sangat flexibel
Dengan Bouncing Flash , F4.0 , 1/250s , ISO 200 . Warnanya sudah natural dan tajam . TOP! :)
Dengan Bouncing Flash , F4.0 , 1/250s , ISO 200 . Warnanya sudah natural dan tajam . TOP! :)
Maksimum flash speed sync di kamera saya adalah 1/250s . Dengan shutter speed tersebut saya hampir bisa mem-freeze-kan sebuah obyek bergerak . Sesuatu yg tidak bisa saya dapatkan tanpa Flash meskipun diambil pada siang hari (indoor). Hasilnya lebih natural , lebih alami , pose lebih lepas karena anak saya memang doyan loncat2 :)
F4.0 , 1/250s , ISO 200
F4.0 , 1/250s , ISO 200
Coba bawa Flash ke lokasi lain selain di rumah ..
Flash juga bisa dibouncing di arena permainan bola anak-anak. Hasilnya maknyuus..ga kalah sama studio :)
Flash juga bisa dibouncing di arena permainan bola anak-anak. Hasilnya maknyuus..ga kalah sama studio :)
Flash tinggal diselipin .. dengan Strobis segala kemungkinan dapat kita coba. Kreatifitas adalah kuncinya :)
Flash tinggal diselipin .. dengan Strobis segala kemungkinan dapat kita coba. Kreatifitas adalah kuncinya :)

abstract blue
abstract blue
Iseng-iseng main , coba pakai konsep long exposure pada kamera. Set ke 10 atau 15s ( lupa ).. goyang kamera kanan kiri , atas bawah , mainkan zoom maju mundur .. mirip penyanyi dangdut :) , dan hasilnya seperti diatas. Agak futuristik ya.. warna biru itu adalah layar biru tivi . Kondisi lampu ruangan dimatikan , jadi yg dominan ya warna biru itu. Mayan lah buat pemula yg lagi iseng/bosen.
Kalau mau coba yang agak berwarna warni , perhatikan sumber cahaya yg ada. Lebih bagus kalau warnanya bermacam-macam. Foto dibawah diambil didepan rumah saja , jadi tidak banyak pilihan warna. Suka-suka saja :)
Semrawut
Semrawut

Rabu, 28 September 2011

Jadwal Kuliah Gue


Jadwal Perkuliahan



NAMA:RENDY RIAN W
PROGRAM STUDI    :Akademi Komunikasi
JURUSAN:Penyiaran



NOJAMHARIDOSENKODE MTKMATAKULIAHSKSSILABUSSLIDELTMKAMPUSRUANG
1
07:45-10:00 
Senin 
SLO 
153 
PENGANTAR TEKNOLOGI INFO. & KOMUNIKASI 
F1 
Ruang 301  
2
10:00-12:15 
Senin 
RVI 
251 
BAHASA INGGRIS DASAR 
F1 
Ruang 301  
3
10:00-11:30 
Kamis 
KKJ 
253 
BAHASA INDONESIA 
F1 
Ruang 301  
4
07:45-10:00 
Kamis 
OXI 
270 
FOTOGRAFI 
F1 
Ruang 301  
5
09:15-11:30 
Jumat 
YAZ 
281 
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI 
F1 
Ruang 406  
6
12:15-14:30 
Selasa 
LRA 
512 
TEKNIK OLAH SUARA (ANNOUNCING) 
F1 
Ruang 301  
7
13:00-15:15 
Jumat 
AHR 
984 
PENGANTAR DUNIA PENYIARAN 
F1 
Ruang 406